PDM Kabupaten Gowa - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Gowa
.: Home > Sejarah

Homepage

Sejarah

AWAL MASUKNYA MUHAMMADIYAH DI KABUPATEN GOWA[*]

 

Berbicara tentang proses masuk dan berkembangnya Muhammadiyah di daerah Gowa atau pun daerah di Sulawesi selatan, maka secara historis tidak bisa lepas dari perananan daerah Makassar sebagai cikal bakal lahirnya Muhammadiyah di Sulawesi Selatan. Oleh karena itu penulis merasa perlu menguraikan terlebih dahulu proses beridirinya Muhammadiyah di daerah Makassar.

Sebagaimana  ditegaskan oleh Radjab (1999:9) bahwa:

Sekitar tahun 1922, seorang pedagang batik keturunan Arab berasal dari Sumenep  (Madura) bernama Mansyur Yamani, datang dan membuka usaha dagangnya di jalan passarstraat (jalan Nusantara saat ini) Mansyur Yamana adalah anggota Persyarikatan Muhammadiyah Cabang Surabaya, yang waktu itu di pimpin oleh Kyai Haji Mas Mansyur.

Sebagai seorang aktivis Muhammadiyah dan juga sebagai pedagang batik tentunya Mansyur Yamani dalam proses interaksi dengan masyarakat Makassar memiliki niatan yang selain berdagang juga untuk menyebarkan ajaran Muhammadiyah. Selain itu merasa terpanggil untuk menyampaikan dakwah Islam dimana saja dia berada, ia merasa terpanggil untuk mengadakan pembaharuan Islam terhadap masyarakat Makassar yang dianggapnya belum murni keislamannya.

Pada saat itu, di Makassar telah terdapat suatu perkumpulan yang yang bernama “ash shireatal mustaqim” yang anggotanya kebanyakan terdiri dari pedagang. Oleh karena itu untuk memudahkan mendakwakan ajaran Muhammadiyah serta mencari relasi dalam dagangnya, Dia bergaul dengan baik dan menjalin hubungan dengan pemuka-pemuka ash shiratal mustaqim. (Radjab, 1957:9).

Dalam perkembangan selanjutnya atas usaha yang sungguh-sungguh dari Mansyur Yamani akhirnya terbentuklah ranting pertama Muhammadiyah di Makassar dengan susunan pengurus sebagai berikut:

-

H. Muhammad Yusuf Daeng Mattiro

Sebagai

Voorzotter

(Ketua)

-

KH. Abdullah

Sebagai

Vice Vorzotter

(wakil ketua)

-

Muhammad Said Daeng. Sikki

Sebagai

Secretaris

(sekretaris)

-

H. Yahya

Sebagai

Penningmcester

(bendahara)

-

H. Muhammad Thahir Cambang

Sebagai

Commissaris

(pembantu)

-

H. Ahmad

Sebagai

Commissaris

(pembantu)

-

H. A. Kariin Daeng Tunru

Sebagai

Commissaris

(pembantu)

-

Mansyur Yamani

Sebagai

Commissaris

(pembantu)

-

Daeng Minggu

Sebagai

Commissaris

(pembantu)

(Radjab, 1999:10-11)

Selanjutnya berdasarkan keputusan dari Hofd Bestuur (Pimpinan Pusat) Muhammadiyah Nomor 51/1926 tanggal 15 Juli 1926 (Laporan PWM Sul-Sel tahun 1991) Muhammadiyah Group Makassar ditingkatkan menjadi Muhammadiyah Cabang Makassar, dengan KH. Abdullah sebagai ketuanya (Radjab, 1999:13).

Dalam kepemimpinan KH. Abdullah Muhammadiyah Cabang Makassar semakin nyata gerakannya, infra struktur organisasinya semakin dilengkapi tabligh-tablighnya pun semakin digencarkan, demikian pula penempaan kader-kader melalui kelompok-kelompok pengajian semakin digiatkan, peserta pengajian Muhammadiyah semakin bertambah baik yang dari Makassar sendiri maupun yang berasal dari daerah-daerah lain di Sulawesi Selatan, Ketentuan organisasi yang memberikan kesempatan kepada anggota Muhammadiyah yang telah cukup berjumlah 15 (lima belas) orang untuk membuat group Muhammadiyah di daerah masing-masing semakin menambah jumlah kelompok-kelompok Muhammadiyah baik dalam daerah Makassar mau pun di luar daerah tersebut. Hingga tahun 1968 hampir seluruh daerah di Sulawesi Selatan telah terambah oleh organisasi Muhammadiyah.

Demikian halnya dengan daerah Gowa yang pada saat itu masih berbentuk kerajaan di bawah pemerintahan Mangngi-Mangngi Daeng Matutu juga telah mulai dimasuki oleh Organisasi Muhammadiyah, Radjab (1999:44) mengemukakan bahwa:

Abu Bakar Daeng Bombong salah seorang anggota Muhammadiyah Group Mariso bertempat tinggal di Pa’baeng-baeng dengan pekerjaannya sebagai tukang jahit dan aktif mengikuti pengajian di Mariso, mempelopori berdirinya Muhammadiyah Group Jongaya pada tahun 1928.

Sebagai kader pergerakan Muhammadiyah yang ditempa langsung di Group Mariso Cabang makassar, Abubakar Daeng Bombong berupaya untuk mengadakan pembinaan di daerah tempat tinggalnya di Pa’baeng-baeng yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Ranting Jongaya. Dia kemudian menjadikan Mushalla yang dibangunnya sendiri sebagai tempat untuk mengadakan pertemuan-pertemuan atau pun pengajian-pengajian. Di tempat itulah para peserta pengajian bersepakat untuk membentuk group Jongaya dengan komposisi pengurus sebagai berikut: Abubakar Daeng Bombong sebagai Voorzitter, Abd. Razak Daeng Ngerang sebagai secretaris, dibantu oleh Abd. Razak Daeng Mile, Daeng Sikota, Ismail, dan Sarapa Daeng Tarru (Radjab, 1999:44).

Dengan terbentuknya Group Muhammadiyah Jongaya sebagai ranting pertama di Gowa di bawah pembinaan Muhammadiyah Cabang Makassar, maka mulailah secara organisatoris, Muhammadiyah masuk di daerah Gowa, untuk selanjutnya pengurus group Jongaya. Menggiatkan kegiatan-kegiatannya, anggota-anggotanya pun semakin bertambah dengan mengikuti pengajian. Untuk menyampaikan materi pengajian selain disampaikan oleh pengurus secara bergantian  juga biasanya diundang pengurus-pengurus Cabang Makassar di antaranya dengan mengundang KH. Abdullah sebagai pemateri.

Dalam perkembangan selanjutnya mengingat peserta pengajian yang semakin bertambah, karena diikuti pula oleh orang-orang di luar kampung Jongaya, maka tempat tersebut dirasakan tidak lagi memadai, maka diusahakanlah tempat lain, sebidang tanah milik Abdul Razak Daeng Ngerang. Di atas tanah tersebut dibangun Mushalla, kemudian dibangun pula tempat pendidikan (Radjab, 1999:45) yang lebih modern dibandingkan dengan sekolah Islam milik kaum bangsawan sebelumnya yang bernama “Islahuddin” (Tarfi Daeng Nangka, wawancara Sabtu 18 Maret 2006), yang dikelola secara tradisional, sekolah Muhammadiyah Group Jongaya tersebut untuk selanjutnya dikenal bernama Muallimin Muhammadiyah Jongaya dengan pola pendidikan khas Muhammadiyah yang multiscience yaitu mengajarkan beberapa cabang ilmu pengetahuan baik agama maupun pengetahuan umum.

Mushallah dan tempat pendidikan tersebut sangat berperan dalam menanamkan paham Muhammadiyah di masyarakat karena baik peserta pengajian di Mushalla maupun siswa-siswa pada sekolah tersebut selain orang Jongaya juga diikuti pula oleh orang-orang luar Jongaya dalam daerah Gowa. Hal tersebut cukup konstributif dalam mengembangkan organisasi Muhammadiyah di daerah Gowa.

Untuk lebih memahami perkembangan organisasi Muhammadiyah di daerah Gowa. Selanjutnya akan digambarkan berdirinya organisasi Muhammadiyah Gowa di beberapa wilayah dalam daerah Gowa beserta konstribusi-konstribusinya di wilayah masing-masing.

 



[*] Diringkas dari Buku Mentari bersinar di Gowa : Menelusuri Jejak Kehadiran Muhammadiyah Di Gowa tahun 1928-1968. Penulis Basri B. Mattayang


Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website