PDM Kabupaten Gowa - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Gowa
.: Home > Artikel

Homepage

Sejarah Berdirinya Muhammadiyah Allu

.: Home > Artikel > PDM
17 Juni 2016 15:35 WIB
Dibaca: 1196
Penulis :

Berdirinya Muhammadiyah Cabang Allu

Sebagaimana telah diuraikan pada pembahasan cabang Barembeng bahwa, dalam rangka efisiensi dan efektifitas kerja dakwah di Barembeng, maka Muhammadiyah Cabang Barembeng memekarkan wilayahnya menjadi tiga wilayah cabang. Di antara ketiga cabang Muhammadiyah hasil pemekaran tersebut adalah Muhammadiyah Cabang Allu.

Secara resmi melalui keputusan pusat Muhammadiyah tanggal     12 Januari 1967 dengan nomor keputusan 2.13/1967 (laporan PWM Sul-Sel 1991) Muhammadiyah Cabang Allu berdiri sebagai cabang Muhammadiyah kelima di daerah Gowa, adapun pengurusan pada awal berdirinya sebagai Cabang Muhammadiyah, di antaranya:

-

Sebagai ketua

:

Muhammad Hadil Daeng Rate

-

Sebagai sekretaris

:

Marri Daeng Nai, dan

-

Sebagai bendahara

:

Ramalang Daeng Siama

(M. Hadil Daeng Rate, wawancara 7 Maret 2006)

 

Walaupun Muhammadiyah Cabang Allu secara administrasif resmi ada dan berdiri diawal tahun 1967, namun secara De Factosebanarnya Muhammadiyah di Allu khususnya di daerah Camba Jawayya telah lama ada sebelumnya. Bahkan keberadaan dikala itu telah banyak aktvitas dakwah dalam nuansa tajdid dilakukannya. Lebih jauh lagi  M. Hadil Daeng Rate menuturkan bahwa:

Pada tahun 1945 telah ada Muhammadiyah Ranting Allu dengan pengurus pada waktu itu adalah:

Ketua

:

Abdul Rahman Daeng Nassa

Sekretaris

:

Jamko Daeng Nompo

Bendahara

:

Ramalang Daeng Siama

Anggota antara lain

:

- Paete Daeng Siama

 

 

- Sampara Daeng Sarro

 

 

- Mosoi Daeng Jarre

         

 

Ketika Muhammadiyah Allu tersebut masih berstatus Ranting dibawa naungan Muhammadiyah Cabang Sungguminasa. Aktivitas dakwah semakin gencar dilaksanakan, misalnya mengadakan pengajian, tabligh serta berupaya mendirikan amal usaha sebagai basis pergerakan. Adapun usaha tersebut Muhammad Hadil Rate mengatakan :

Dengan memakai tanah pemilik Kasaman Daeng Ngeppe, dan disponsori oleh Rahman Daeng Nassa, maka didirikanlah masjid sederhana yang terbuat dari bambu, berlantai tanah oleh pengurus Ranting Muhammadiyah Allu ketika itu. Masjid tersebut didirikan karena pada saat itu telah ada masjid yang telah dibangun oleh masyarakat setempat namun bentuk dan cara beribadah di Masjid tersebut sangat jauh dari syariat yang sebenarnya, sehingga Masjid Muhammadiyah didirikan, masjid tersebut didirikan dan dipergunakan untuk sholat jum’at, pengajian-pengajian serta sholat fardhu. Namun pelaksanaan ibadah-ibadah tersebut biasa dikacaukan oleh beberapa orang masyarakat yang tak senang dengan faham Muhammadiyah sehingga adakalanya para muballigh Muhammadiyah ditangkap dan dibawa oleh polisi ke sungguminasa, namun karena tidak terbukti bersalah muballighh Muhammadiyah itupun dilepas kembali.

 

Dari ungkapan tersebut dapatlah diinterpretasi bahwa kehadiran Masjid Muhammadiyah di Allu, memiliki peranan yang cukup berarti dalam pengembangan Islam khususnya dalam pemurnian dan pelaksanaan syariat yang benar dalam pemahaman Muhammadiyah, melalui Masjid itu masyarakat dapat menyaksikan bagaimana pelaksanaan ibadah yang dipahami oleh Muhammadiyah dengan menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Makassar, adzan jum’at dengan satu kali adzan, tarwih dengan 13 rakaat serta tidak ada qunut dalam sholat subuh.

Dari ungkapan itu pula dapat dipahami bahwa tidak semua masyarakat dapat menerima bentuk ibadah yang dipraktekkan oleh Muhammadiyah, sehingga sebagai konsekuensinya seringnya pelaksanaan ibadah yang dilakukan oleh orang-orang Muhammadiyah tersebut dikacaukan oleh masyarakat setempat yang tidak senang dengan praktek ibadah yang demikian. Namun dengan keyakinan yang benar dan jiwa jihad yang tinggi dalam keinginannya untuk mengadakan gerakan tajdid di Allu menyebabkan para muballighh Muhammadiyah Allu tidak bergeming menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Di antara muballighh Muhammadiyah tersebut adalah Pake’ro Daeng Buang yang beberapa hari harus berurusan dengan polisi hanya karena mendakwakan gerakan tajdid Muhammadiyah. (H. Hadil Daeng Rate, 7 Maret 2006).

Dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah Ranting Allu pun sangat memperhatikannya, Terbukti sekitar tahun 1958 berdiri Madrasah Muallimin Muhammadiyah Camba Jawaya dengan jumlah siswa ketika pertama dibuka adalah sekitar 20 siswa. Muallimin tersebut dibawah binaan M. Hadil Daeng Rate sebagai Kepala Sekolah dan Mansyur Kulle, Marri Daeng Nai, Abdul Rasyid Asis, dan Kadir Erang sebagai guru pada Muallimin tersebut (Hadil Daeng Rate, 7 Maret 2006).

**Diringkas dari Buku “Mentari bersinar di Gowa : Menelusuri Jejak Kehadiran Muhammadiyah Di Gowa tahun 1928-1968. Penulis Basri B. Mattayang

 

 

 

 

 


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori :

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website