PDM Kabupaten Gowa - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Gowa
.: Home > Artikel

Homepage

NO FOOLISHNESS ON IPMAWATI

.: Home > Artikel > PDM
23 Juni 2016 11:04 WIB
Dibaca: 1220
Penulis :

NO FOOLISHNESS ON IPMAWATI

Oleh: Adibah L. Najmy

 

Karena perubahan dibangun oleh perempuan sejati, perempuan sejati telah disandang oleh IPMawati. Tanpa IPMawati, maka merajalelalah kebiadaban.

Bukan soal dramatika belaka, mengapa ada-ada saja perempuan yang terambisi ingin tampil di panggung karier. Melainkan, ini persaingan ketat yang berlalulalangnya politisi di era yang terbilang maju sungguh pesat. Seringkali, banyak orang yang menyakralkan kelahiran perempuan, sehingga ada pesan kepada para orang tua bahwa: Menjaga 100 ekor domba lebih mudah dibandingkan menjaga satu orang perempuan. Menerjemahkannya banyaklah perbedaan, ada yang mengatakan perempuan sarangnya fitnah dunia, ada pula yang  menyatakan bahwa perempuan adalah kaum terhormat dan mulia bak telur yang jangan sampai pecah kelalaian meletakkannya di mana saja. Pikiran-pikiran sebab musabab itupun muncul disebabkan ketidaktahuan orang-orang mengenai peranan-peranan laki-laki dan perempuan di masa depan yang tentu hasilnya akan dinikmati oleh siapa saja.

Jika perempuan sejati mampu menorehkan pencerahan, maka sesungguhnya tertorehlah kaum IPMawati dalam mengukir sejarah. Tak maju, berarti siap-siaplah merasakan pahitnya kebodohan. Di sini IPMawati bukanlah terbilang sama seperti perempuan-perempuan lainnya yang tak menghijabi, ataupun menghijabi diri secara Overated. Perempuan-perempuan yang disebut muslimah sehingga kerjaannya hanya mengurusi shalat dan diri, yang dimana hal tersebut baginya adalah ibadah. Maka, tercatatlah kejahiliahan itu kembali nampak dari tertutupnya diri. Padahal, dengan ilmu yang luas, menerjemahkan “Ibadah” bukan hanya shalat, melainkan di samping jenis ibadah khusus tersebut, juga terdapat ibadah umum, yakni tolong-menolong, dakwah, ukhuwah islamiah, dan lain sebagainya. Di dalam islam, tidak pernah mengganggap isu perempuan sebagai “Blok Monolitik”

Terlahirnya pergerakan IPMawati yang memberantas edaran fitnah dunia tersebut, dengan membangun pondasi jiwa melalui penguatan inteletual. Intelektual di era heroik kini, menjadi persaingan siapa saja yang tak kenal gendre apapun. Laki-laki dan perempuan, telebih sosok IPMawati yang selalu tampil terdepan. Memberadakan diri di dalam  wilayah intelektual, merupakan suatu bentuk kesyukuran kepada Allah Subhana Wata’ala yang memberikan kepada setiap manusia fasilitas otak atau rasio untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Ada hal penting yang menjadikan IPMawati sebagai objek generalium. Yaitu, memberdayakan diri mengikut pada arus zaman  dengan satu tujuan, menyebarkan islam di zaman modern dengan sistem islam berkemajuan. Mengikat diri dalam rana inteletual saja, tentu merupakan keganjilan nyata. Inteletual tanpa pengamplikasian adalah pincang. Rasa keganjilan itulah sehingga IPMawati menjadikan intelektual sebagai pondasi untuk membangun suatu Pimpinan. Hal ini mendasari agar seluruh IPMawati yang bukan saja menyandang simbolis IPMawati dengan dalih telah ikut PK TM (Taruna Melati), melainkan Pimpinan sebagai mesin cetak tersebut, berhasil meramu kepribadian IPMawati dengan jiwa kepemimpinan. Tertanamnya jiwa kepemimpinan ini akan memberikan pengaruh terhadap jiwa setiap orang dan kontribusi non materi kepada suatu Pimpinan. IPMawati terlahir sebagai Pimpinan. Menjadi seorang Pimpinan, sungguh bukanlah hal yang mudah sebab harus memadukan antara intelektual dan kepemimpinan. Jiwa kepemimpinan dikatakan berpengaruh kepada diri sendiri adalah karena ia mempu memajemen segala aktivitas dan apa-apa yang ada pada dirinya untuk suatu perbaikan. Sebab, keberhasilan seseorang dalam memimpin suatu lembaga dalam Pimpinan, jelas bisa dilihat dari bagaimana ia bisa membangun diri sendiri. Cerminan suatu pimpinan itu ada pada pribadi Pemimpin. Sekali lagi bahwa, setiap orang adalah pemimpin, yaitu memimpin untuk diri sendiri dan diteruskan kepada lembaga untuk kontribusi sebagai agen dalam misi “Kolektif Kolegial.”

Kerja-kerja IPMawati sangatlah perlu dalam suatu Pimpinan. Maka jelas bahwa kebodohan suatu kaum perempuan atau IPMawati adalah kebiadaban besar. Negara bisa maju karena peran santral perempuan, maka IMM maju karena kerja perempuan yang memadukan intelektual dengan kepemimpinan untuk menciptakan peradaban besar bagi dunia dan agama.

Peran-peran IPMawati untuk penguatan para generasi dan regenasi adalah salah satunya dengan membentuk komisi-komisi ruang yang berkonsentrasi khusus pada IPMawati. Sebut saja, peran pemberdayaan intelektual dan kepemimpinan untuk menciptakan peradaban yang diaktori oleh IPMawati adalah dengan membentuk Pendidikan Khusus IPMawati. Sejumlah perbincangan tersebut adalah untuk IPMawati dalam mengelola diri kemudian mentranfermasikan kepada Pimpinan di mana ia berada, hingga kelak peradaban yang telah mematikan kebiadaban itu menjadi saksi sakral bahwa: IPMawati adalah Pemunah Luka Bangsa.

Makassar, 04 Mei 2016


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori :

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website