Full Day School, Jadi Bahan Diskusi Alumni PKTM II Pattallassang
Dibaca: 730
Follow up ketiga alumni Pelatihan Kader Taruna Melati (PKTM) II Pattallassang Pimpinan Daerah (PD) Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kab. Gowa telah dilaksanakan. Berbeda dengan follow up beberapa pekan lalu, kali ini para peserta disuguhi pemandangan laut yang memukau di Kecamatan Parangloe. Ahad (14/08/2016)
Sembari menikmati angin sepoi-sepoi, mereka melakukan diskusi santai yang membahas tentang program baru yang dicanangkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, yaitu Full day School.
Dipandu oleh fasilitator Munawir Muzakkir, mengantarkan jalannya diskusi. Ia mengatakan kondisi bangsa indonesia saat ini memperlihatkan bahwa kita sebagai pelajar justru menjadi korban pendidikan.
"Pendidikan justru membuat siswa tidak cerdas karena sistem pendidikan kita yang buruk," ujarnya. Ia merupakan salah seorang pengajar di Al-Fityan School--sekolah yang sejak lama menerapkan sistem Full day School.
Ia memberi contoh tentang keberadaan Ujian Nasional dinilai malah menurunkan nilai-nilai kejujuran yang seharusnya dijunjung tinggi oleh para anak didik maupun pendidik. Tak hanya itu, bobroknya karakter siswa menjadi masalah serius yang harus dihadapi guru maupun orang tua.
Kehadiran full day school atau dapat dipahami sebagai konsep "sekolah sehari penuh", menuai pro dan kontra. Tak hanya dikalangan masyarakat luas, tetapi juga menjadi perhatian serius kader pelajar muhammadiyah, khususnya di Kabupaten Gowa.
Dalam sistem ini, Mendikbud sangat menekankan akan pentingnya pembinaan karakter di sekolah, terutama di tingkat SD dan SMP.
Pertimbangan tersebut muncul dari maraknya tindakan-tindakan kriminal yang dilakukan para siswa yang tidak hanya menciderai lingkungan tetapi dirinya sendiri.
Lalu pertanyaan yang muncul adalah apakah guru siap mengemban tugas mengajar selama seharian penuh?
Anggota PC IPM Sungguminasa Athira Usman menyahut, "Guru saja, kadang masih malas masuk mengajar. Hanya memberikan tugas lalu pulang," katanya.
Tak hanya permasalahan proses pendampingan guru terhadap anak, tetapi juga permasalahan infrastruktur yang kurang memadai.
"Kalau saya di sekolah, satu ruangan itu ada dua kelas yang belajar bergantian. Jadi, ada kelas pagi dan ada kelas siang dengan murid yang berbeda. Misalnya, kelas tiga masuk jam 07.00 sampai jam 13.00 dan kelas berikutnya masuk pukul 13.00 sampai 16.00. Bagaimana sekolah bisa menerapkan sistem tersebut dengan kondisi yang seperti itu?" jelas anggota PC IPM Parangloe Chaerul yang juga salah seorang siswa SMA.
Sistem full day school tentunya telah menjadi kajian khusus untuk dibahas dalam forum-forum. Tidak hanya membahas tentang substansi tetapi juga hal-hal yang berkaitan dengan elemen-elemen tersebut. Keberhasilan program yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan adalah cita-cita yang harus diperjuangkan bersama-sama.
"PD IPM Gowa mendukung sistem full day school, dengan harapan ada pengawasan guru terhadap anak yang dilakukan secara efektif dan perbaikan infrastruktur yang memadai," tutup Ketua Umum PD IPM Gowa Ihsan Islami Syam diakhir diskusi.
Tags: pdipmgowa,
Arsip Berita